Skip to content

Dokter: Anak dengan alergi susu sapi tak boleh diberi susu kambing

Written by

asodao13asf

Anak dengan alergi susu sapi merupakan kondisi yang cukup umum terjadi. Alergi susu sapi adalah reaksi alergi terhadap protein dalam susu sapi yang dapat menyebabkan gejala seperti ruam kulit, muntah, diare, hingga sesak napas. Sebagai orangtua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik untuk kesehatan anak kita, termasuk dalam memilih alternatif pengganti susu sapi yang aman untuk dikonsumsi.

Salah satu alternatif yang sering dipilih oleh orangtua adalah susu kambing. Namun, seorang dokter menyarankan bahwa anak dengan alergi susu sapi sebaiknya tidak diberikan susu kambing sebagai pengganti. Hal ini dikarenakan protein dalam susu kambing juga memiliki kemiripan dengan protein dalam susu sapi, sehingga masih memiliki kemungkinan untuk menyebabkan reaksi alergi pada anak.

Untuk anak dengan alergi susu sapi, lebih baik memilih susu pengganti yang benar-benar berbeda sumber proteinnya, seperti susu kedelai, susu almond, atau susu jagung. Pastikan untuk membaca label kandungan nutrisi pada susu pengganti yang akan diberikan kepada anak, serta konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk memastikan bahwa susu tersebut aman dan sesuai dengan kebutuhan anak.

Selain itu, penting juga bagi orangtua untuk memahami bahwa alergi susu sapi pada anak bukanlah akhir dari segalanya. Dengan perhatian dan pengelolaan yang tepat, anak dengan alergi susu sapi tetap bisa tumbuh sehat dan bahagia. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi jika membutuhkan bantuan dalam menangani alergi susu sapi pada anak.

Sebagai orangtua, prioritas utama adalah kesehatan dan kesejahteraan anak. Dengan pemahaman yang baik tentang kondisi alergi susu sapi dan pengelolaannya, kita dapat memberikan yang terbaik untuk anak-anak tercinta. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para orangtua yang memiliki anak dengan alergi susu sapi.

Previous article

Waspada paparan sinar matahari pada kesehatan bibir

Next article

Remaja dengan kemampuan mental buruk berisiko stroke tiga kali lipat